Wednesday 24 May 2017

thumbnail

Makalah Pendidikan Karakter Bangsa "Manusia sebagai makhluk individu, sosial, unik dan multidimensi"




BAB I
PENDAHULUAN

I.              Latar Belakang
Sasaran pendidikan adalah manusia. Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dimuka bumi ini mempunyai perbedaan dan kelebihan dengan makhluk-makhluk lain. Akal, merupakan sesuatu hal yang dimiliki oleh manusia yang sangat berguna untuk mengatur insting serta ego manusia itu sendiri agar tercapai tujuan kehidupannya.
Dengan akal, manusia bisa mempelajari makna serta hakikat kehidupan dimuka bumi ini, tanpa akal, manusia tidak mempunyai perbedaan sedikitpun dengan makhluk yang lainnya. Akal juga membutuhkan ilmu serta pengetahuan agar bisa berjalan dengan fungsinya, hakikat manusia sebagai makhluk yang selalu membutuhkan ilmu pengetahuan. Hakikat manusia bisa menjadi makhluk individual, makhluk sosial, makhluk yang unik dan manusia sebagai mahkluk yang multidimensi.

II.           Rumusan Masalah
1.             Apa saja dimaksud dengan Hakikat Manusia?
2.             Bagaimana yang dimaksud dengan Manusia sebagai makhluk individu ?
3.             Bagaimana yang dimaksud dengan Manusia sebagai makhluk Sosial ?
4.             Bagaimana yang dimaksud dengan Manusia sebagai makhluk Unik ?
5.             Bagaimana yang dimaksud dengan Manusia sebagai makhluk Multi Dimensi ?

III.        Tujuan
1.             Memahami dan menjelaskan tentang yang dimaksud dengan Hakikat Manusia.
2.             Memahami dan menjelaskan yang dimaksud dengan Manusia sebagai makhluk individu, social, unik dan multi dimensi.


BAB II
PEMBAHASAN

I.              Hakikat Manusia
A.  Pengertian Hakikat Manusia
Definisi Hakikat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, Hakikat memiliki dua definisi, yaitu :
1. Definisi berarti : intisari atau dasar. Contoh : dia yg menanamkan “hakikat” ajaran Islam di hatiku;
2. Definisi berarti : kenyataan yg sebenarnya (sesungguhnya): Contoh : pada “hakikat”nya mereka orang baik-baik; syariat palu-memalu, pd nya adalah balas-membalas, pb kebaikan harus dibalas dng kebaikan
Pengertian Hakikat, Kata hakikat (Haqiqat)  merupakan kata benda yang berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata “Al-Haqq”, dalam bahasa indonesia menjadi kata pokok yaitu kata “hak“ yang berarti milik (kepunyaan), kebenaran, atau yang benar-benar ada, sedangkan secara etimologi Hakikat berarti inti sesuatu, puncak atau sumber dari segala sesuatu.
Pengertian Manusia,  Kata manusia berasal dari kata ” manu ” dari bahasa Sanksekerta atau ” mens ” dari bahasa Latin yang berarti berpikir, berakal budi, atau bisa juga dikatakan ” homo ” yang juga berasal dari bahasa Latin.  Hal yang paling penting dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah dapat dikatakan bahwa manusia dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya di dunia.  Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat paling tinggi di antara ciptaan yang lain.
Selain itu manusia juga diciptakan dengan sesempurna penciptaan, dengan sebaik-baik bentuk yang dimiliki. Hal ini diisyaratkan dalam surat At-Tiin: 4
“Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya”.
Dapat disimpulkan bahwa Hakikat Manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat paling tinggi di antara ciptaan yang lain, yang dikaruniakan akal, pikiran, perasaan dan keyakinan.



B.  Hakikat Manusia Menurut Pandangan Ilmuwan Barat
1.    Pandangan Psiko Analitik dari S. Freud
Menurut Freud, secara hakiki keperibadian manusia terdiri dari tiga komponen yaitu Id, ego, dan superego. Istilah lain juga dipakai yaitu Id = das es, dan ego = das ich, serta superego = dan uber ich. Selanjutnya dijelaskan bahwa Id meliputi berbagai jenis keinginan, dorongan, kehendak, dan insting manusia yang mendasari perkembangan individu, yang sering juga disebut libido seksual atau dorongan untuk mencapai kenikmatan hidup. Di dalam Id itu terdapat dua unsur yang paling utama yaitu seksual dan sifat agresif sebagai daya penggerak kejiwaan/tingkah laku manusia. Ego berfungsi untuk menjembatani antara Id dengan dunia luar dari individu itu.
2.    Pandangan Humanistik
Pandangan humanistik ini ditokohi oleh: Roger, Hansen, Adlet, dan Martin Buber. Human artinya manusia, yaitu memahami secara hakiki keberadaan manusia, oleh manusia, dan dari manusia berdasarkan rasio (pemikiran manusia). Pandangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.    Dalam batas tertentu manusia punya otonomi untuk menentukan nasibnya
b.    Manusia bukan makhluk jahat atau baik, tetapi ia punya potensi untuk keduanya
c.    Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab atas perbuatannya
d.    Manusia makhluk yang senantiasa akan menjadi terus berusaha, dan tak pernah sempurna
3.    Pandangan Behavioristik
Pandangan ini menjelaskan bahwa behavior (tingkah laku) manusia ditentukan oleh pengaruh lingkungan yang dialami individu yang bersangkutan. Lingkungan adalah penentu tunggal dari behavior manusia. Jika ingin mengubah tingkah laku manusia, perlu di persiapkan kondisi lingkungan yang mendukung kearah itu.

C.  Hakikat Manusia Menurut Pandangan Pancasila
Kodrat manusia merupakan keseluruhan sifat-sifat asli, kemampuan-kemampuan atau bakat-bakat alami, kekuasaan, bekal disposisi yang melekat pada kebaradaan/eksistensi manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan YME. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki kemampuan-kemampuan yang disebut cipta, rasa, dan karsa. Derajat manusia adalah tingkat kedudukan atau martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki bakat, kodrat, kebebasan hak, dan kewajiban asasi.
Pancasila memandang sudut pandang hakikat manusia sebagai berikut:
ü   Monodualistik dan Monopluralistik
ü   Keselarasan, keserasian, dan keseimbangan
ü   Integralistik, kebersamaan, dan kekeluargaan
Jadi, konsep manusia Indonesia  seutuhnya dikembangkan atas pandangan hidup bangsa Indonesia yakni pancasila, yang menganut paham integralistik disesuaikan dengan struktur sosial masyarakat yang memiliki Bhinneka Tunggal Ika (sudut pandang dari integralistik, kebersamaan, dan kekeluargaan). Kemudian dengan pandangan hidup pancasila, pengembangan manusia Indonesia seutuhnya diusahakan agar hidup selaras, serasi, dan seimbang dalam konteks hubungan manusia dengan ruang lingkupnya (sudut pandang keselarasan, keserasian, dan keseimbangan). Dan selanjutnya, sesuai dengan dasar pengendalian diri dalam mengejar kepentingan pribadi, maka manusia Indonesia yang mendasarkan diri pada pandangan hidup pancasila dalam mewujudkan tujuan hidupnya (monodualistik), sedangkan monopluralistik,  yaitu tujuan hidup tersebut senantiasa dijiwai oleh pancasila).
Kedudukan manusia dihadapan Tuhan adalah sama yaitu memiliki harkat dan martabat sebagai manusia mulia. Paulus Wahana (dalam H.A.R. Tilaar. 2002 : 191) mengemukakan gambaran manusia pancasila sebagai berikut :
1.    Manusia adalah makhluk monopluralitas yang memungkinkan manusia itu dapat melaksanakan sila-sila yang tercantum di dalam pancasila.
2.    Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi yang dikaruniakan memiliki kesadaran dan kebebasan dalam menentukan pilihannya.
3.    Dengan kebebasannya manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat menentukan sikapnya dalam hubungannya dengan pencipta-Nya.
4.    Sila pertama menunjukkan bahwa manusia perlu menyadari akan kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa dan oleh sebab itu harus mampu menentukan sikapnya terhadap hubungannya dengan pencipta-Nya.
5.    Manusia adalah otonom dan memiliki harkat dan martabat yang luhur.
6.    Sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab menuntut akan kesadaran keluhuran harkat dan martabatnya yaitu dengan menghargai akan martabat sesama manusia.
7.    Sila persatuan Indonesia berarti manusia adalah makhluk sosial yang berada di dalam dunia Indonesia bersama-sama dengan manusia Indonesia lainnya.
8.    Manusia haruslah dapat hidup bersama, menghargai satu dengan yang lain dan tetap membina rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh.
9.    Manusia adalah makhluk yang dinamis yang melakukan kegiatannya bersama-sama dengan manusia Indonesia yang lain.
10.          Sila keempat atau sila demokrasi dituntut manusia Indonesia yang saling menghargai, memiliki kebutuhan bersama di dalam menjalankan dan mengembangkan kehidupannya.
11.          Dalam sila kelima manusia Indonesia dituntut saling memiliki kewajiban menghargai orang lain dalam memanfaatkan sarana yang diperlukan bagi peningkatan taraf kehidupan yang lebih baik.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia Pancasila adalah manusia yang bebas dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dirinya sebagai individu dan perkembangan masyarakat (makhluk sosial) Indonesia. Manusia ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa dianugerahi kemampuan atau potensi untuk bertumbuh dan berkembang sepanjang hayat.

D.  Hakikat Manusia Menurut Pandangan Agama (Islam)
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah. Menurut konsep Islam, bahwa manusia itu diciptakan dari intisari tanah dan berkembang dalam kandungan ibu. Menurut evolusi mani, darah, daging dan tulang. Setelah masa empat bulan perkembangan, diembuskanlah ke dalamnya roh atau jiwa. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran Surat Nuh ayat 141; Surat Al-Mukminun ayat 12-16; dan Surat Al-Sajdah ayat 7-9.
Dengan demikian, manusia tersusun atas dua unsur, yaitu unsur materi, yakni tubuh yang berasal dari intisari tanah di alam materi (di bumi ini), dan unsur immateri, yakni jiwa yang berasal dari alam immateri atau alam gaib. Tubuh akan kembali ke tanah dan jiwa akan kembali ke alam gaib atau alam rohani.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan tiga pengertian yang berbeda dengan makna manusia. Akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar (biologis), insan (psikologis), dan al-nas (makhluk sosial).
Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu:
1.    Jasmani. : Terdiri dari air, kapur, angin, api, dan tanah.
2.    Ruh : Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3.    Jiwa (an nafsun/rasa dan perasaan).
Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat dikelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohani.
Ibnu Sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk sosial untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia lainnya.
Di masa lampau umat Islam lebih mengutamakan keindahan rohani dengan ketinggian akal dan kesucian hatinya. Gambaran manusia menurut al-quran, sebagai berikut:
ü   manusia merupakan makhluk pilihan (QS.20 : 122),
ü   Manusia dijadikan dalam bentuk sebaik-baiknya (QS. 95:4),
ü   manusia dikaruniai pembawaan yang mulia dan bermartabat (QS.17:70),
ü   dibandingkan dengan makhluk lain, manusia memiliki kapasitas intelegensi yang paling tinggi (QS.2:31-33),
ü   manusia mempunyai kecenderungan dekap kepada Tuhan dan sadar akan kehadiran-Nya jauh di dasar sanubarinya, penyimpangan dan keingkaran kepada-Nya muncul ketika ia menyimpang dari fitrahnya (QS.7:127;30;43),
ü   manusia memiliki kesadaran moral yang dapat membedakan baik dan jahat melalui inspirasi fitri yang ada padanya (QS.61:7-8),
ü   jiwa manusia tidak akan pernah damai, kecuali dengan zikir atau mengingat Allah (QS.13 28; 84:6),
ü   setiap realita yang tersembunyi akan dihadapkan kepada manusia setelah ia meninggal dan selubung rohnya disingkapkan (QS.50:22),
ü   manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan baik sejak awal (QS.30:30),
ü   manusia diberi kebebasan, kemauan, bebas untuk memilih tingkah lakunya sendiri (QS.18:29)
II.           Manusia Sebagai Makhluk individu
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, serta unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri.
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang.
Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana seorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus. Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seeorang.
Sebagai makhluk individu,manusia berperan untuk menjalankan beberapa hal seperti berikut :
a.    menjaga dan mempertahankan karkat dan martabatnya
b.    mengupayakan tentang terpenuhinya hak-hak dasar sebagai manusia
c.    merealisasikan segenap potensi diri baik dari sisi rohani maupun jasmani
d.    memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan hidupnya
Contoh Masalah yang Timbul dari Manusia sebagai Makhluk Individu
ü   Timbul sifat egois dan ingin menang sendiri pada diri seseorang
ü   Timbul sifat apatis, yang artinya masa bodo atau acuh tak acuh
ü   Timbul sikap atheis atau tidak memiliki agama pada diri seseorang
ü   Iri hati, dengki, dan tidak senang melihat orang lain memperoleh kebahagiaan atau kesenangan
ü   Berburuk sangka
ü   Memiliki sifat pendendam
ü   Umurnya sudah dewasa akan tetapi masih manja serta tingkah laku dan pemikirannya seperti anak kecil


III.        Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karrena beberapa alasan berikut.
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b.     Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d.     Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Sebutkan aktivitas manusia dan perubahan yang terjadi saat ini.
ü     Jaman dahulu menuju tempat tertentu dengan berjalan kaki. saat ini enuju tempat tertentu dengan berbagai kendaraan, seperti sepeda motor dan mobil.
ü     Jaman dahulu membajak sawah menggunakan tenaga hewan seperti kerbau dan sapi, saat ini mengerjakan sawah menggunakan tenaga traktor.
ü     Jaman dahulu berkomunikasi menggunakan surat, saat ini komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan handphone.
ü     Jaman dahulu jarang sekali wanita yang bekerja, saat ini banyak wanita yang bekerja diberbagai bidang pekerjaan.
ü     Industri pada jaman dahulu masih menggunakan teknologi yang sederhana, sedangkan saat ini industri sudah menggunakan teknologi canggih.
Contoh Masalah yang Timbul dari Manusia sebagai Makhluk Sosial
1.    Perkelahian
2.    Permusuhan
3.    Tawuran antar pelajar atau antar desa
4.    Perang antar suku karena salah paham
5.    Persaingan yang tidak sehat, baik dilingkungan pendidikan, politik, maupun hukum
6.    Menyebar fitnah seseorang kepada orang lain
7.    Pilih-pilih teman atau sikap diskriminisasi
8.    Korupsi, Kolusi dan Nepotisme secara berjamaah
9.    Memiliki sifat untuk menjadi penguasa dengan menghalalkan segala cara
sebagai makhluk individu ataupun makhluk sosial hendaknya manusia memiliki kepribadian,yang dimaksud dengan kepribadian adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang di bangun oleh perasaan,pengetahuan dan dorongan.


IV.         Manusia Sebagai Makhluk Yang Unik
Unik artinya satu-satunya. Setiap orang adalah dirinya, satu-satunya, berbeda dengan yang lain, berbeda dengan sudara kandungnya bahkan saudara kembarnya,. Mengapa berbeda ? karena proses kehadiran setiap orang melalui waktu yang berbeda, “cara” yang berbeda, ruang yang berbeda dan suasana psikologis yang berbeda.
Seorang ibu misalnya memiliki 5 anak, ternyata kelima-kelimanya berbeda. Ternyata suasana batin sewaktu hamil mewujud pada pembawaan anak-anaknya. Perbedaan suasana batin mewujud pada lima typology bawaan lima anaknya, ada yang periang, ada yang melangkolis, ada yang pemarah, ada yang pemaaf, dan ada yang cuekan. Suasana batin juga dipengaruhi oleh gizi, stimulus yang hadir dan persepsi terhadap stimulus.
Stimulus bisa datang dari suami, dari anak-anak yang sudah lahir, dari kakek neneknya, dari tetangga, dari berita TV dan sebagainya. Ragam stimulus dan ragam persepsi membentuyk suasana batin yang berbeda dan mewujud pada pribadi-prbadi anak yang berbeda satu sama lain. Selanjutnya pengalaman orang sejak kecil hingga dewasa juga berbeda-beda. Perbedaan stimulus dan perbedaan persepsi terhadap obyek melahirkan perbedaan selera dan perbedaan cara pandang serta perbedaan pola respond.
Disamping perbedaan yang terbentuk oleh proses interaksi, juga ada keunikan yang berasal dari desain Sang Pencipta, yaitu wajah, suara dan sidik jari. Dari milyaran manusia tidak ada orang yang sama persis wajahnya, sama persis suaranya dan yang sama persis sidik jarinya. Keunikan manusia juga merupakan perwujudan (tajalli) dari kesempurnaan Tuhan Sang Pencipta. Hanya Yang Maha Sempurna yang bisa menciptakan keunikan yang sempurna.
Dibanding dengan mahluk lain, jasmani manusia adalah lemah, sedangkan rohaninya atau akal budi dan kemauannya sangant kuat. Maka untuk membelah diri terhadap serangan dari mahluk lain dan untuk melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan manusia harus memanfaatkan akal budinya dengan cemerlang. Kemauannya yang keras menyebabkan manusia dapat mengendalikan jasmaninya. Hal ini  dapt menimbulkan efek yang negatif, misalnya manusia dapat mogok makan, dapat minum-minuman keras sampai mabuk, dan bahkan dapat bunuh diri dari lingkungan yang merugikan itu. Hal semacam ini jarang kita jumpai pada hewan. Jadi sifat unik  manusia itu ialah akal budi dan kemauannya menaklukkan jasmaninya.


V.            Manusia Sebagai Makhluk Multidimensi
Manusia sebagai makhluk multidimensi menunjukan bahwa manusia memiliki kekayaan dimensi yang luar biasa untuk dipelajari. Kekayaan manusia dalam dimensi-dimensinya menjadi kajian berbagai ilmu untuk menemukan, mengakui, merumuskan, menganalisis dan akhirnya ilmu-ilmu berusaha untuk menyelesaikan sejumlah problematika manusia yang secara eksistensial merupakan makhluk problematika atau makhluk penuh persoalan dan masalah. Sejumlah problematika manusia mengakibatkan manusia yang hidup di lima benua ini memiliki sejarah, tampilan lahiriah (esensi), tingkatan ekonomi, pendidikan, daerah, sosial, politik, idiologi, biologis, dan seterusnya yang berbeda dan khas. Dalam bagian ini akan dijelaskan kajian sejumlah ilmu tentang manusia sebagai bagian yang amat penting untuk dicermati dan ditelaah agar mempermudahkan seorang pendidik atau pendamping untuk melakukan analisis dan bimbingan.
Ada empat macam dimensi yang akan di bahas, yaitu
1.    Dimensi keindividualan
2.    Dimensi kesosialan
3.    Dimensi kesusilaan
4.    Dimensi keberagaman

1.    Dimensi Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai ”orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). Selanjutnya individu diartikan sebagai pribadi . Karena adanya individualitas itu setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecendrungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.
Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat sebagaimana di gambarkan di atas secara potensial telah di miliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, melalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian seseorang tidak akan terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk kepripadiannya atau menemukan kediriannya sendiri. Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter) dalam hubungan ini disebut pendidikan yang patologis.

2.    Dimensi kesosialan
Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk saling memberi dan menerima.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan sesamanya. Seorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya di dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan memberi, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya.

3.    Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. Karena itu maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Kesusilaan diartikan mencakup etika dan etiket.
Persoaalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk susila.

4.    Dimensi Keberagaman
Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah mahluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang.
Manusia memerlukan agama demi kesalamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran vertical manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama. Pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan tentang agama, jadi segi-segi afektif harus di utamakan. Di samping itu mengembangkan kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu mendapat perhatian.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pada hakekatnya manusia adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, diciptakan dalam bentuk paling sempurna. Manusia adalah makhluk spiritual yang akan menjalani fase-fase peristiwa kehidupan baik sebelum lahir, sekarang maupun setelah mati. Spiritual merupakan aspek non fisik yang mampu memberikan kekuatan manusia untuk lebih dari sekedar hidup.
Jadi manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan sebagaimana juga makhluk-makhluk yang lain di muka bumi ini dan setiap makhluk yang dijadikan itu memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan ia dengan makhluk lainnya.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk utama dalam dunia alami, makhluk yang berkemauan bebas, makhluk yang sadar dan sadar diri, kreatif, idealis, serta makhluk moral. Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil ( jadi bukan hanya gradual ) membedakan manusia dari hewan.


Berikut ini saya sediakan file doc/word nya dan pptnya
silahkan download dibawah ini
Word 
>> Download<< atau >> Download Here << 

PPT
>> Download<< atau >> Download Here << 


Subscribe by Email

Follow Updates Articles from This Blog via Email

No Comments

Terima Kasih Atas Kunjungan dan komentar anda.
semoga bermanfaat